Senin, 25 Februari 2013

Mereka yang Jadi Bulan-bulanan Hacker China

Jakarta - Para peretas dari Negeri Tirai Bambu selama ini memang dikenal dengan aksinya di kalangan under ground. Tak jarang, target yang dibidik adalah para 'raksasa'.

Sebut saja nama Google, Apple, perusahaan minyak, hingga lembaga pemerintah Amerika Serikat sempat jadi bulan-bulanan hacker China.

Namun soal sosok yang menjadi dalang di balik akse penyerangan tersebut hingga saat ini masih abu-abu. Yang pasti sejumlah laporan cuma menyebut itu berasal dari Negeri Tirai Bambu.

Berikut beberapa aksi yang dikaitkan dengan aktivitas para peretas dari China seperti dikutip detikINET dari PCMag, Senin (25/2/2013):

1. Google

Pada tahun 2013, Google mengungkap adanya serangan yang disebut berasa dari China. Tujuan dari aksi diklaim untuk mencuri intelektual properti dari raksasa internet itu.

Investigasi lebih lanjut kemudian menjabarkan bahwa serangan tersebut diketahui tak hanya menyasar Google seorang. Namun juga melandar sekitar 20 perusahaan lain dari aksi yang sama.

Tak berhenti sampai di situ, setahun berselang atau di tahun 2011, Google juga dilaporkan diserang oleh peretas yang mengincar data akun dan password di Gmail.

Lebih khusus, data-data yang diincar merupakan milik pejabat pemerintah, aktivis, dan jurnalis.

2. Satelit AS

Satelit milik pemerintah Amerika Serikat juga sempat dilaporkan menjadi aktivitas penyusupan oleh peretas dari China.

Kejadian ini berlangsung dalam kurun waktu 2007 hingga 2008 dan terjadi setidaknya selama empat kali.

Menurut sebuah laporan yang diungkap di tahun 2011, pelaku diduga kuat juga berasal dari jaringan hacker China.

Tidak disebutkan apa tujuan dari serangan itu, namun yang pasti hal ini kembali menyudutkan para peretas dari Negeri Tirai Bambu.

3. Perusahaan Minyak

Tak cuma lembaga pemerintah dan raksasa internet, hacker China juga diketahui pernah membidik perusahaan minyak yang sebagian besar milik negara-negara barat.

Menurut laporan dari perusahaan keamanan McAfee, suatu perusahaan minyak dan gas yang tidak disebutkan namanya sempat disusupi sistemnya pada November 2009 silam.

Pelaku dilaporkan coba menyusup demi mendapatkan informasi rahasia dari perusahaan tersebut. Sayang, tidak disebutkan lebih lanjut oleh McAfee, soal data apa yang diincar.

Namun diketahui bahwa pelaku menerobos dari server yang berada di Amerika Serikat dan Belanda.

4. Kadin AS

Chamber of Commerce United States of America alias Kadin Amerika Serikat juga sempat diketahui menjadi korban penyusupan hacker China.

Aksi tersebut dilaporkan terjadi pada bulan Mei 2010 dan menyasar informasi-informasi yang tersimpan di sitem Kadin AS.

Tentu saja, Kadin AS patut khawatir terhadap data yang kemungkinan dicuri. Sebab dilaporkan, informasi yang berpindah tangan itu termasuk proses dan hasil lobi-lobi bisnis dari organisasi tersebut.

5. Dalai Lama

Hubungan pemerintah China dengan Dalai Lama yang kurang akur memang sudah jadi rahasia umum.

Akibatnya, tokoh dunia dari Tibet itu pun sempat jadi sasaran aksi peretasan.

Grup hacker yang diketahui berbasis di barat daya China dilaporkan mencoba mencuri dokumen di kantor Kementerian Pertahanan China dan kantor Dalai Lama.

Kejadian ini dilaporkan oleh sekelompok peneliti dari kanada pada tahun 2010.

6. Pembela HAM

Pada tahun 2010, aksi peretas menyasar kelompok pembela hak asasi manusia (HAM) China dengan serangan distributed denial of service (DDoS).

Bahkan situs milik kelompok Chinese Human Rights Defende dilaporkan diserang hingga 16 jam oleh para pelaku.

Kelompok lain yang juga menjadi korban adalah Civil Rights & Livelihood Watch, Canyu, New Century News, dan The Independent Chinese Pen Center.

7. Facebook, Twitter & Apple

Baru-baru ini, berturut-turut sejumlah perusahaan Amerika Serikat (AS) menjadi korban hacking. Di antara korban tersebut merupakan perusahaan sekelas Facebook, Twitter dan Apple.

Nama lain yang juga tak kalah mentereng adalah The New York Times, The Wall Street Journal, The Washington Post dan Departemen Energi AS pun jadi sasaran. Belum ada pernyataan resmi mengenai siapa di balik serangan ini. Namun sejumlah temuan mengarahkan tudingan pada China.

Perusahaan keamanan cyber Mandiant menduga, militer China melakukan operasi spionase cyber yang canggih terhadap puluhan perusahaan AS dan Kanada. Kesimpulan sementara ini didapat berdasarkan hasil temuan mereka.

Sebanyak 60 halaman laporan yang mereka rilis, memperlihatkan adanya keterkaitan serangan dengan sekelompok hacker China dan pemerintah Negeri Tirai Bambu tersebut.

Seperti dilansir CNN, Rabu (20/2/2013), hasil pelacakan Mandiant bermuara pada jaringan spesifik di Shanghai. Beberapa di antaranya bahkan mengarah pada markas salah satu kelompok militer rahasia China.

Satu hari setelah dugaan diarahkan ke China terkait aksi hacking yang menimpa sejumlah perusahaan besar Amerika Serikat (AS), pemerintah China langsung merespons tudingan tersebut.

Dilansir The New York Times, Departemen Pertahanan China membantah tudingan itu salah besar. Menurut juru bicara Departemen tersebut, laporan firma keamanan cyber Mandiant salah besar.

Pada konferensi pers di Beijing, Departemen Pertahanan China mengatakan tuduhan tersebut telah mencoreng reputasi mereka. Juru bicara Departemen itu bahkan menantang untuk membuktikan hasil riset Mandiant.

Disebutkan sang juru bicara Geng Yansheng, justru China yang telah menjadi korban serangan cyber yang berasal dari AS. Menurutnya, Mandiant telah salah dalam mengenali aktivitas cyber China.

"Militer China memerintahkan untuk tidak mendukung aktivitas hacking apapun. Klaim yang disebutkan Mandiant bahwa militer China menjadi dalang spionase internet tidak punya bukti kuat," tegasnya.
Read More ->>

Popular Posts

Kakashi Turning Into A Stump